Welcome to My Blog, Guys :)

Welcome to My Blog, Guys :)

Senin, 12 November 2012

Tasawuf

                  A.   Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa, tasawuf berarti sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.
Pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli memiliki tiga sudut pandang. Yaitu:
1.    Sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas.
Dalam sudut pandang ini, tasawuf didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
2.    Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang.
Tasawuf didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.    Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.
Tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (Ke-Tuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Jika definisi tasawuf dihubungkan satu dengan yang lainnya, maka tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain, tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

                 B.   Sumber Tasawuf
Pada kalangan orientalis Barat dijumpai pendapat yang mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf ada lima, yaitu :
1.    Unsur Islam
Tasawuf lahir pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur’an antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dengan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah) (Lihat QS. al-Maidah: 54); perintah agar manusia senantiasa bertaubah, membersihkan diri memohon ampunan kepada Allah (Lihat QS. Tahrim: 8); petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan di manapun mereka berada (Lihat QS. al-Baqarah: 110).
Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an, al-Sunnah pun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut ini teks hadist yang dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf.
Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar merela mengenal-Ku.
Hadist tersebut memberikan petunjuk bahwa alam raya, termasuk kita ini adalah merupakan cermin Tuhan, atau bayangan Tuhan. Dan apa yang ada di alam raya ini pada akhirnya akan kembali kepada Tuhan.
Selanjutnya di dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. juga terdapat petunjuk yang menggambarkannya sebagai seorang sufi. Nabi Muhammad telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hira’ menjelang datangnya wahyu. Beliau hidup sederhana, terkadang mengenakan pakaian tambalan, tidak memakan makanan atau meminum minuman kecuali yang halal, dan setiap malam senantiasa beribadah kepada Allah SWT.
Di kalangan para sahabat pun ada pula orang yang mengikuti praktek bertasawuf. Diantaranya, khalifah Umar bin Khattab pada suatu ketika pernah berkhutbah di hadapan kaum muslimin dalam keadaan berpakaian yang sangat sederhana. Selanjutnya khalifah Usman bin ‘Affan banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan membaca al-Qur’an, baginya al-Qur’an ibarat surat dari kekasih yang selalu dibawa dan dibaca ke manapun ia pergi.
2.    Unsur Masehi
Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman Jahiliyah. Selanjutnya Noldicker mengatakan bahwa pakaian wol kasar yang kelak digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh para pendeta. Unsur-unsur tasawuf yang diduga mempengaruhi tasawuf Islam adalah sikap fakir. Menurut keyakinan Nasrani bahwa Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir, dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir.
3.    Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah berkembang pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah. Kalau pada bagian uraian dimulai perkembangan tasawuf ini baru dalam taraf amaliah (akhlak) dalam pengaruh filsafat Yunani ini maka uraian-uraian tentang tasawuf itu pun telah berubah menjadi tasawuf  filsafat.
4.    Unsur Hindu/Budha
Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat dilihat adanya hubungan seperti sikap fakir. Kemudian pula paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain). Gold Ziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham tokoh sufi.
Menurut Qomar Kailani, pendapat-pendapat ini terlalu ekstrim sekali karena kalau diterima bahwa ajaran tasawuf itu berasal dari Hindu/Budha berarti pada zaman Nabi Muhammad telah berkembang ajaran Hindu/Budha itu ke Mekkah, padahal sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu.
5.    Unsur Persia
Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubungan semenjak lama. Akan tetapi belum ditemukan dalil yang kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia itu terjadi melalui ahli-ahli tasawuf di dunia ini.
Dari semua uraian ini dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri mengingat yang di praktekkan Nabi dan para sahabat.

                  C.   Tujuan dan Manfaat Mempelajari Tasawuf
Tujuannya adalah Ma’rifatullah (mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas) serta lahirnya akhlak yang baik dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Tasawuf memiliki tujuan yang baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah. Namun tasawuf tidak boleh melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh Al-Quran dan As-Sunnah, baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilakukan.
Melihat dari situ kita bisa memahami betapa pentingnya mengenal Allah secara lebih dalam dan memahaminya dengan benar. Sama juga dengan kebersihan diri dan taqarrub, tapi kita tak boleh melanggar apapun yang telah al-qur`an berikan.
Manfaat tasawuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada ma’rifat terhadap Allah Ta’ala sebagai ma’rifat yang sempurna untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala serta mendapatkan kebahagiaan abadi. Selain itu, dapat menjadikan manusia berkepribadian yang sholeh dan berperilaku baik dan mulia serta ibadahnya berkualitas.

Referensi : Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers,2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar